Kafe Grandfather: Konsep Kekunoan Di Era Kekinian
So, opo bayanganmu lak krungu kafe Grandfather? Kafe milik yangkakung? Mungkin saja. Yang jelas, bukan kafe yayangku atau yayangmu. Nek yayangku punya kafe, aku gak butuh kafe yangkakung.
Perabot yang ada di setiap meja dan kursi untuk cangkrukan pun beraroma masa silam. Telepon rumah, cermin, jam dinding, piring pun vintage banget.
Cak Adul butuh waktu tiga bulan untuk mempersiapkan diri. Jauh lebih singkat daripada mempersiapkan diri untuk duduk di pelaminan, pastinya.
Tidak ada yang sulit. Maklum, lelaki lulusan jurusan desain interior ini memang suka yang lawas-lawas. Dia mengaku, keluarganya sudah menyatu dengan barang kuno dan klasik. Mangkane, kafe ini didukung penuh oleh keluarga besarnya. Terimakasih, keluarga.
Kafe ini buka setiap pukul 15.00-24.00 wib. Menurut Cak Adul, kafenya tidak hanya menjadi tempat untuk menikmati kopi dan nyamil tjantik ala-ala Syahrini. Tapi, juga sering menjadi tempat hunting beberapa komunitas fotografi. Lihatlah sosial media dengan akun Grandfather yang sering merepost beberapa foto berlatar kafenya sendiri.
Ketika tim MakNews kesana pun pengunjungnya tidak hanya dari arek-arek enome Suroboyo. Melainkan juga, bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah matang dan sepuh yang terlihat ganyeng menikmati kehidupan.
“Semua orang pasti senang ke sini,” kata Adul mantap.
Harganya terjangkau. Mantap bangetlah pokoke, Rek. Kita tidak bakal langsung bangkrut meski seminggu sekali cangkruk di sana. Beberapa menu seperti green tea latte, caramel coffe jelly, calamary dan lain-lain semakin enak dinikmati karena suasana kafe yang bikin pantat awet duduk-duduk lama sambil sandaran di bahu… iya bahu kamu #tsah. Ditambah, pelayanan yang lumayan membantu saat kita bingung mau makan dan minum apa. Asal jangan bingung saat mencari jodoh. Karena, itu urusanmu sendiri!
Buat kalian yang datang berdua, kafe ini romantis beud. Yakin! Apalagi, di spot yang dekat dengan minibar. Aura yang adem dan tenang, sungguh memikat hati, saudara-saudari.
Buat kalian yang datang rame-rame, coba nongkrong di ruangan terbuka alias nok joboh kafene. Meja panjang dengan kursi-kursi lucu yang dicat warna warni semakin menambah kesan manis dan gemes. Gemese ngalah-ngalahi ndelok dedek-dedek gemes goncengan telu.
Interior kafe boleh kekunoan. Tapi, kafe ini dikemas kekinian. Apa daya, makin bertambahlah pilihan untuk arek-arek Suroboyo dalam hal tempat cangkruk. Kafe Grandfather memberikan tempat nongkrong nyaman dan free wifi. Bismillah, tentunya gak kenek ujan koyok suasana Surabaya belakangan yang dikit-dikit mendung dikit-dikit gerimis manja.
Ilingo, dulur. Ojok sampe udan ganggu waktu ngopimu!
SOURCE : http://www.maknews.id/kafe-grandfather-konsep-kekunoan-di-era-kekinian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar